Jumat, 24 Mei 2013

DUKUN & GURU SPRITUAL

Kalau dahulu masyarakat kita menyebut "orang yang pintar" dengan dukun tak sedikit orang untuk melariskan dagangannya atau mendapatkan apa yang diinginkannya pergi ke dukun tanpa rasa malu atau takut di cap oleh masyarakat sekitar, namun seiring berkembangnya jaman orang-orang mulai mengenal Islam lebih jauh sehingga dukun dianggap tabu. Namun dukun-dukun tak mau kehilangan profesinya sebagai dukun, maka kata dukun ini diganti menjadi guru spiritual, orang pintar dll. Ketika ditanya "bu mau kemana? Saya mau ke orang pintar karena anak saya sudah lama sakit".

Guru spiritual dengan Dukun ini dua istilah yang sangat jauh berbeda. seorang guru spiritual tidak akan membuka praktek pelayanan kepada masyarakat kecuali kepada mereka yang ingin belajar spiritual yaitu belajar berTuhan. Kalau dukun dia memiliki ruang khusus untuk praktek, yaitu praktek pelayanan yang bermacam-macam seperti ada pelarisan, jasa security jin, kesaktian- kesaktian, dll.

Perbedaan yang jelas dari kedua profesi ini akan memperjelas kepada kita juga apakah kita mau belajar spiritual, atau belajar perdukunan. jika kita mau belajar ke Allah atau belajar berTuhan maka belajar lah kepada guru spiritual yang hanya mengajarkan hanya kepada Allah, tapi jika kita ingin belajar kesaktian, penglaris, kekayaan, daya tarik lawan jenis dll maka belajar lah kepada dukun. jangan belajar spiritual kepada dukun karena nanti tidak akan menemukan sesuai dengan apa yang diinginkan, jika ingin belajar berTuhan yang benar maka belajar hanya kepada guru spiritual sehingga tidak tersesat belajar kepada dukun. Dunia perdukunan merupakan dunia tipu tipu, kenapa tipu tipu karena sebenarnya yang "sakti" adalah keyakinan kita sendiri bukan dari dukun. cuma dukun menipu kita dengan rajah-rajah, jimat-jimat... padahal sebenarnya jika kita tidak percaya dengan hal tersebut, benda benda itu tidak ada manfaatnya.

Persoalan yang terkait dengan dukun banyak menimpa berbagai kalangan. Dari artis sampai politisi. Belakangan ini yang menjadi ramai oleh pembicaraan publik adalah kasus Adi Bing Slamet, selebriti kawakan yang merasa tertipu oleh aksi perdukunan. Adi merasa menjadi korban dan telah terkelabui oleh dukun yang dikenal dengan sebutan Eyang Subur.

Persoalan terkait dengan dunia perdukunan ini menjadi menarik karena di dalamnya ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Pelajaran bisa diambil oleh siapa saja, baik yang sudah sangat akrab dengan dukun beserta kepentingan politis, bisnis, atau popularitasnya; beberapa kali saja berhubungan dengan dukun; atau yang sama sekali tak bersinggungan dengan dunia perdukunan. Bahkan, bagi mereka yang pikirannya steril dari perdukunan dan tidak memiliki ide apapun tentang dunia perdukunan.

Ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini tidak pernah mengajarkan umatnya untuk beriman kepada manusia, bahkan kepada Nabi Muhammad sekalipun. Posisi Nabi Muhammad hanya sebagai pengantar wahyu dari Allah untuk kaum muslim. Dan kaum muslim hanya diperintahkan untuk menghormat beliau saja dan mendoakan beliau. Tak lebih tak kurang. Nabi pun bukan sesosok manusia yang menjadi perantara. Nabi juga bukan menjadi hijab yang menutupi antara manusia dengan Tuhannya. Untuk itu bukan kenalilah guru anda agar mendapatkan ini itu, tapi kenalilah Tuhan dan Agama anda. 

Jangan sampai anda "memeluk agama" tapi tidak "memeluk Iman".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar